Senin, 16 November 2009
Kesabaran abad
Dibalik tanah kapur,bumimu
Temukan ratap kubur,gelap debur,pusar asal
Juga sisa garam yang asin dan terasa kekal ditebing oantaimu
Serupa kisah kisah karang,puisi puisi terjal
Juga aksara yang berdebur laksana selaksa gelombang
Melebur lebur,didebur angina,dilebarkan akal
Lalu kuingat desir angina yang pernah kau lentingkan
Dalam percakapan malam
Ketika kita reguk kegerapan
Demi terang dan pencerahan
Desing ini memburuku
Ebih baik berputih tulang,daripada berputih pandang”
Peluru bayu it terus memburuku
Aku pun berlari kejejak yang terperca
Berkaca,bahkan menyebrangi kekota ingat
Menambat hasrat ke celah antara-serupa selat madura
Membalik dusta di mata
Menyulap bencana menjadi kencana
Lalu mengerling pada desing angimu yang lain
Desing yang menghias dedinding nafas
“bila buruk muka,kenapa cermin yang dibelah”
Aku rus berlari dan melupakan
Serasa berabad-abad,aku melepas dan menahan nafas
Meski serapah menggenang didarah
Menggulung waktu
Memanggil-manggil kenangan merah
Untuk berdiwana di aorta,tapi
Kini aku termanggu dikapal penyebrangan
Mencoba menyebrangi dua luka yang saling berjauhan
Antara maut dah kemaluan
Antara nyali dan kehormatan
Antara kawan dan lawan
Antara…
Ah,
Dibalik tanah kapur,bumimu
Kutemukan alir air,juga anyir,muasal akal
Juga sisa garam yang asin dan tersa kekal..
Sekekal perih ketika hgaram diperamkan kelaut
Lukaku,mungkin lukamu jua
Yang disayat dengan pisau berkarat
Dalam kesabaran abad
Surabaya-sumenep,2009
Dikutip oleh:d zawawi imron
Dibalik tanah kapur,bumimu
Temukan ratap kubur,gelap debur,pusar asal
Juga sisa garam yang asin dan terasa kekal ditebing oantaimu
Serupa kisah kisah karang,puisi puisi terjal
Juga aksara yang berdebur laksana selaksa gelombang
Melebur lebur,didebur angina,dilebarkan akal
Lalu kuingat desir angina yang pernah kau lentingkan
Dalam percakapan malam
Ketika kita reguk kegerapan
Demi terang dan pencerahan
Desing ini memburuku
Ebih baik berputih tulang,daripada berputih pandang”
Peluru bayu it terus memburuku
Aku pun berlari kejejak yang terperca
Berkaca,bahkan menyebrangi kekota ingat
Menambat hasrat ke celah antara-serupa selat madura
Membalik dusta di mata
Menyulap bencana menjadi kencana
Lalu mengerling pada desing angimu yang lain
Desing yang menghias dedinding nafas
“bila buruk muka,kenapa cermin yang dibelah”
Aku rus berlari dan melupakan
Serasa berabad-abad,aku melepas dan menahan nafas
Meski serapah menggenang didarah
Menggulung waktu
Memanggil-manggil kenangan merah
Untuk berdiwana di aorta,tapi
Kini aku termanggu dikapal penyebrangan
Mencoba menyebrangi dua luka yang saling berjauhan
Antara maut dah kemaluan
Antara nyali dan kehormatan
Antara kawan dan lawan
Antara…
Ah,
Dibalik tanah kapur,bumimu
Kutemukan alir air,juga anyir,muasal akal
Juga sisa garam yang asin dan tersa kekal..
Sekekal perih ketika hgaram diperamkan kelaut
Lukaku,mungkin lukamu jua
Yang disayat dengan pisau berkarat
Dalam kesabaran abad
Surabaya-sumenep,2009
Dikutip oleh:d zawawi imron
what we could have been, 21.32.
